Pekerjaankeseharian saya yaitu Customer Service, dan pekerjaan ini membuatku sangat senang. Untuk itu saya mencari jodoh laki-laki yg mau menerima apapun Fitria Huwaida Salamah Janda Muda Cari Jodoh Palembang Untuk Nikah. Komunitas Janda Komunitas Janda Cari Jodoh Komunitas Janda Hubungi Fitria Huwaida Salamah via WhatsApp 08570119xxx
Legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro Kota Palembang, Sumatera Selatan, hingga sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa. Hal tersebut terbukti setiap tahun perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di pulau berlokasi di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru Tanah Air, bahkan dari sejumlah negara berduyun-duyun datang ke sana, khususnya kaum muda-mudi. "Mereka berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh," kata Ketua Panitia Penyelenggara Cap Go Meh Candra Husin di Palembang, Selasa 3/3. Menurut dia, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Go Meh telah berlangsung sejak 300 tahun silam. Warga Tionghoa, khususnya kaum muda-mudi, meyakini dengan perayaan keagamaan di Klenteng Hok Ceng Bio, Pulau Kemaro, akan dipertemukan jodoh. Di kelenteng yang dapat ditempuh dengan menyeberang menggunakan sampan motor sampan bermesin, red. dari dermaga PT Pusri Palembang dalam waktu tempuh lima menit sudah sampai di Pulau Kemaro. Setibanya di pulau itu, mereka melakukan ritual sembahyang dan memohon kepada Sang Pencipta. "Biasanya pemerintah setempat setiap perayaan Cap Go Meh menyediakan alat transfortasi air itu bagi para pengunjung secara gratis," kata Candra. Sementara itu, dari pemerintah provinsi mempersiapkan beberapa tongkang, yakni sampan besar yang ditarik dengan kapal motor sebagai sarana transportasi menuju Pulau Kemaro mulai Selasa malam difokuskan pada dua titik, yaitu pelabuhan PT Pusri dan dermaga Intirub. Arus lalu lintas tidak terlalu padat mengingat jumlah pengunjung akan meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai orang pada tahun 2014. Candra menjelaskan bahwa tradisi perayaan Cap Go Meh di Sumatera Selatan sama halnya dengan di daratan Tiongkok adalah hari muda-mudi cari jodoh. Pada zaman dahulu, anak perempuan tidak boleh ke luar rumah, hanya saat perayaan Cap Go Meh baru boleh bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal. "Dengan adanya kisah atau cerita untuk peruntukan jodoh, setiap perayaan Cap Go Meh, datang ke sini memohon supaya dipertemukan jodoh," kata Susanto, pengunjung dari Jambi. Menurut Diah, pengunjung dari Palembang, di Pulau Kemaro berdasarkan cerita ada pohon cinta, kalau menulis nama pria idaman, hubungannya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh. Konon, jika pasangan muda-mudi yang sedang menjalin hubungan kasih mengukir nama mereka di pohon itu, cinta mereka akan berlanjut sampai ke pelaminan. Tidak pelak lagi, pulau ini disebut juga Pulau Jodoh. Di Pulau Kemaro terdapat pohon cinta yang diyakini masyarakat Tionghoa sebagai pohon jodoh dengan menuliskan nama calon pasangannya. Datang Berniaga Menurut legenda, Tan Bu An adalah seorang putra raja dari negeri Tiongkok datang ke Palembang untuk berniaga. Putra Raja Tiongkok itu berniat untuk tinggal beberapa lama di negeri Sriwijaya setelah mendapat izin dari Raja Sriwijaya dengan syarat harus menyerahkan sebagian penghasilannya. Tan Bun An ternyata menyanggupi permintaan Raja Sriwijaya dan setiap minggu menyetorkan sebagian penghasilannya kepada Raja Sriwijaya sehingga suatu ketika bertemu dengan putri raja, Siti Fatimah, di istana. Sejak itu, pangeran dari negeri Tirai Bambu ini jatuh cinta. Begitu pula sebaliknya, Siti Fatimah. Mereka menjalin hubungan cinta. Selanjutnya, beberapa waktu kemudian Tan Bun An berniat menikahi karena merasa cocok dengan Siti Fatimah. Raja Sriwijaya merestuinya dengan syarat sang pangeran harus menyediakan sembilan guci berisi emas. Menurut Candra Husin, alkisah utusannya dari negeri Tiongkok telah datang ke Palembang membawa pesanan dari pangeran berupa sembilan guci emas. Setibanya di dermaga, Tan Bun An segera memerintahkan kepada utusannya untuk menunjukkan guci-guci tersebut. Setelah diperiksa isinya satu per satu, ternyata hanya berisi sayur sawi yang sudah membusuk. Karena kesal, Tan Bun An melemparkan guci satu per satu ke sungai. Tiba giliran terakhir guci tersebut terjatuh dan pecah sehingga batangan emas berserakan, ternyata di bagian bawah sawi terdapat emas batangan. Sang pangeran pun mencebur ke Sungai Musi hendak mengambil guci-guci berisi emas yang telah dibuang tersebut. Karena orang yang sangat dicintainya tidak juga muncul, akhirnya Siti Fatimah ikut mencebur ke sungai untuk mencari pangeran dari negeri Tiongkok itu. Konon cerita, setelah pangeran dari negeri Tiongkok dan putri Siti Fatiman mencebur ke Sungai Musi, tidak pernah muncul lagi ke permukaan hingga menjelmalah sebuah pulau kecil yang dikenal dengan Pulau Kemaro. Kemarau artinya walaupun air sungai naik atau banjir besar sekalipun, pulau tersebut tetap mengapung. Menurut Candra, setiap tahun perayaan Cap Go Meh, tidak kurang dari pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa untuk merayakannya. Terlebih lagi, kata dia, di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang. Tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air, bahkan luar negeri, seperti dari Singapura, Malaysia, dan Hong Kong, untuk merayakan Cap Go Meh di Pulau Kemaro. p>REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Gomeh di Pulau Kemaro Kota Palembang Sumatera Selatan, hingga sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa.Setiap tahun perayaan Cap Gomeh yang dipusatkan di pulau berlokasi di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru tanah air berduyun-duyun datang kesana Palembang ANTARA News - Legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Go Meh hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek di Pulau Kemaro Kota Palembang Sumatera Selatan, sampai sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa. Setiap tahun perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di pulau berada di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru Tanah Air berduyun-duyun datang kesana, khususnya kaum muda-mudi, karena berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh, kata Ketua Panitia Penyelenggara Cap Go Meh Candra Husin di Palembang, Selasa. Menurut dia, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Gomeh telah berlangsung sejak 300 tahun silam. Warga Tionghoa khususnya kaum muda-mudi meyakini perayaan keagamaan di Klenteng Hok Ceng Bio yang digelar di Pulau Kemaro bisa mempertemukan di Pulau Kemaro dapat ditempuh dengan menggunakan sampan motor sampan bermesin-red dari dermaga PT Pusri Palembang dalam waktu tempuh lima menit. Di sana, pengunjung melakukan ritual sembahyang dan memohon kepada Sang Pencipta. Biasanya pemerintah setempat setiap perayaan Cap Gomeh menyediakan alat transfortasi air itu bagi para pengunjung secara gratis, kata Candra. Dijelaskannya, tradisi perayaan Cap Gomeh di daratan Tiongkok sekaligus hari muda-mudi untuk mencari jodoh. Jaman dulu anak perempuan tidak boleh keluar rumah. Hanya saat perayaan Cap Gomeh mereka baru diizinkan bertemu dengan anak laki-laki untuk saling satu pengunjung dari Jambi, Susanto mengatakan kisah atau cerita untuk dipertemukan dengan jodohnya, membuat dia datang ke klenteng tersebut. Lain lagi dengan pengunjung lainnya dari Palembang, Diah. Ia mengatakan, di Pulau Kemaro ada pohon cinta yang jika menulis nama pria idaman maka hubungannya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh. Selain itu, ada legenda terbentuknya pulau tersebut. Menurut cerita, seorang pemuda bernama Tan Bu An terjun ke Sungai Musi mencari guci berisi emas yang semula dikira berisi sawi dan dibuang ke sungai. Guci itu adalah pemberian orang tuanya untuk mempersunting putri Palembang bernama Siti Fatimah. Setelah melihat kekasihnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai, sang putripun ikut terjun ke Sungai Musi dan kedua sejoli itu tak pernah terlihat lagi. Dari tempat dua sejoli ini terjun, munculah pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro. Menurut Candra, tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air bahkan luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia dan Hongkong untuk merayakan Cap Gomeh di Pulau Kemaro. Setiap tahun perayaan Cap Gomeh, tidak kurang dari 70 ribu pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa untuk merayakannya. Terlebih lagi di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang, katanya.EV*M033Editor Unggul Tri Ratomo COPYRIGHT © ANTARA 2015Palembang ANTARA Sumsel - Legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Gomeh di Pulau Kemaro Kota Palembang Sumatera Selatan,hingga sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa. Setiap tahun perayaan cap gomeh yang dipusatkan di pulau berlokasi di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru Tanah Air berduyun-duyun datang ke sana, khususnya kaum muda-mudi, karena berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh, kata Ketua Panitia Penyelenggara Cap Gomeh Candra Husin di Palembang, Selasa. Menurut dia, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Gomeh telah berlangsung sejak 300 tahun silam, warga Tionghoa khususnya kaum muda-mudi meyakini dengan perayaan keagamaan di Klenteng Hok Ceng Bio digelar di Pulau Kemaro akan dipertemukan jodoh. Di kelenteng yang dapat ditempuh dengan menyeberang menggunakan sampan motor sampan bermesin-red dari dermaga PT Pusri Palembang dalam waktu tempuh lima menit sudah sampai di Pulau Kemaro melakukan ritual sembahyang dan memohon kepada Sang Pencipta. Biasanya pemerintah setempat setiap perayaan Cap Gomeh menyediakan alat transfortasi air itu bagi para pengunjung secara gratis, kata Candra menjelaskan. Dijelaskannya, tradisi perayaan Cap Gomeh di daratan Tiongkok adalah hari muda-mudi cari jodoh, zaman dulu anak perempuan tidak boleh ke luar rumah, hanya saat perayaan Cap Gomeh baru diizinkan boleh bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal. Dengan ada kisah atau cerita untuk peruntukan jodoh maka setiap perayaan Cap Gomeh datang ke sini memohon supaya dipertemukan jodoh, kata Susanto, salah satu pengunjung dari Jambi. Menurut Diah, pengunjung dari Palembang, di Pulau Kemaro berdasarkan cerita ada pohon cinta, kalau menulis nama pria idaman maka hubungannya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh. Di Pulau Kemaro terdapat pohon cinta yang diyakini masyarakat Tionghoa sebagai pohon jodoh dengan menuliskan nama calon pasangannya. Menurut legenda, Tan Bu An terjun ke Sungai Musi mencari guci yang dikira sawi asin berisikan emas pemberian orang tuanya, setelah mempersunting putri Palembang bernama Siti Fatimah. Setelah melihat kekasihnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai, sang putripun ikut terjun ke Sungai Musi dan hingga sekarang kedua sijoli itu tak pernah terlihat lagi. Dari tempat dua sejoli ini terjun, maka munculah Pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, sampai sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro. Menurut Candra, tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air bahkan luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia dan Hongkong untuk merayakan Cap Gomeh di Pulau Kemaro. Setiap tahun perayaan Cap Gomeh tidak kurang dari 70 ribu pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa untuk merayakannya. Terlebih lagi di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang, katanya.
Menurutdata janda terbaru 2018 di kota Palembang, setiap tahun kurang lebih 500 janda Palembang yg berhasil menikah lagi. saya kapan gilirannya ya?. Janda Bohay Mencari Pria Siap Nikah Randa Cari Jodoh Palembang Serius Janda Cari Jodoh Siap Nikah Janda Muda Cari Jodoh Bandung Untuk Nikah Janda Jawa Timur Cari Jodoh Duda Tanggung Jawab Informasi KontakJalan Bahagia Palembang, Sumatera Selatan, 40552Petunjuk ArahKeterangan BisnisCara Cepat Cari Jodoh terletak di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Perusahaan ini bekerja di industri berikut Manajemen Cara Cepat Cari JodohTerlibat dalam Manajemen korporatSektor Layanan Profesional » Manajemen korporatIndustri Kegiatan konsultasi manajemenKode ISIC 702, 7020Tanya & JawabQ1Berapakah nomor telepon untuk Cara Cepat Cari Jodoh?Nomor telepon untuk Cara Cepat Cari Jodoh adalah manakah lokasi Cara Cepat Cari Jodoh?Cara Cepat Cari Jodoh berlokasi di Jalan Bahagia Kota Palembang, Sumatera Selatan, ada kontak utama untuk Cara Cepat Cari Jodoh?Anda bisa menghubungi Cara Cepat Cari Jodoh lewat telepon menggunakan nomor alamat web URL untuk Cara Cepat Cari Jodoh?Tidak ada situs web yang tercantum untuk Cara Cepat Cari Jodoh, tapi Anda bisa menemukan Cara Cepat Cari Jodoh di .Bisnis di Kode Pos Bisnis di 40552SekitarnyaKode AreaHargaKategoriPerusahaan Sejenis TerdekatSumber Daya Terdekat Randa2018 Mencari Pasangan Hidup Tanggung Jawab Randa Tkw Siap Nikah 2018 Cari Jodoh Randa Majenang Di Facebook Randa Siap Nikah Siri Palembang Janda Batu Jawa Timur Cari Jodoh Pria Janda Aceh Cari Jodoh Suami Janda 2018 Mencari Pasangan Hidup Baik Janda Jakarta Barat Cari Jodoh 2018 Cari Jodoh Jawa Barat 2018 Alamat Kost Pekalongan Janda